Pages

Sunday, March 29, 2015

Satu. Untuk nomor Satu.

Dari dulu, aku tahu "cinta" itu gila. Sesuatu yang bikin setiap orang jadi hidup atau mati. Bikin dunia jadi ramai atau bisu. Bikin bunga jadi tumbuh atau layu. Tapi sekarang rasanya, ada suatu pemahaman baru yang bikin aku tergeragap.

Ada hal-hal yang bikin kita lupa nikmat tidur, hal-hal yang bikin matamu nyalang, entah dalam keadaan kering atau basah. Ada kata-kata yang terasa menyambar, merenggut seluruh napas dan perhatian, seperti anak panah yang menghunjam jantung, dan ketika anak panah itu ditarik lepas, darah mengucur dengan derasnya, hingga kemudian kamu pun lemas dan mati. Tapi ada lagi kata-kata yang datang dengan cara yang lebih sederhana, lebih lembut, cantik dalam sunyinya, menyelusup pelan ke dalam rongga tubuh dan jiwamu, mendekam di sana, dan perlahan-lahan--namun pasti--menjadi napasmu sendiri.

Seperti ada yang memuai di dalam tubuhku; sesuatu yang hangat, kembang kempis seperti nebula. Berpendar samar, menghangatkan jiwa dan raga. Seperti niat, namun lebih kuat. Seperti nektar, namun lebih manis. Nebula itu berkembang pelan di dalam tubuhku, hingga pada akhirnya mengisi seluruh relung. Sinar sejati, bukan pantulan dari benda lain. Sesuatu yang abstrak, namun lebih konkret dari apapun yang pernah kusentuh.

Jantungku tidak berpacu seperti habis berlari, tapi ada yang hidup di dalam sini. Ada yang tumbuh, ada yang menghidupi. Dan aku paham; aku tidak mau anak panah yang menikam dan menyita seluruh hidup dan matiku, tapi aku mau kamu yang memberiku sebuah Nebula, Sang Mata Air sumber puisi yang membuatku bercucuran air mata.

Dan sumpah, air mata ini tumpukan makna.

Semesta bekerja dengan cara yang paling misterius. Manusia akan selalu bertanya-tanya bagaimana Ia mengatur semua ini, bagaimana kisah-kisah dituliskan, bagaimana kehidupan dimulai, bagaimana semuanya akan berakhir..... Kita mencoba mengartikan bintang-bintang, lalu menerka apa artinya... Bukankah kita semua begitu kecil?

Dan bagiku, Tuhan begitu megah dalam kebesaranNya, dan janji manusia begitu kecil..... Janji manusia hanyalah sesuatu yang bisa manusia ucapkan, namun dibandingkan dengan jalanNya, mereka begitu kecil. Begitu tak berarti, begitu fana.

Maka, tolong, jangan ajak aku berjanji. Aku ingin melakukan sesuatu yang lebih kuat daripada mengucapkan janji manusia, aku ingin melakukan sesuatu yg lebih besar; berdoa. Aku ingin kita berdoa bersama, berdoa agar Tuhan memang menulis cerita kita dengan segala berkah dan cintaNya; sebuah cerita yang nyata, sebuah kisah tanpa epilog.


"Presensi seseorang bisa menjadi eksplanasi atas transformasi sikap seorang manusia; menjadi kuat atau menjadi lemah."

Dan presensimu, buatku, menjadikan aku keduanya sekaligus.


Oleh karena itu, mari berdoa, semoga semesta mengikat temali kita.

Dengan seluruh cinta, doa, dan air mata bahagia,
Aamiin.

No comments:

Post a Comment