Pages

Monday, October 14, 2013

Topeng.

Pernah gak sih terpikir oleh lo bahwa semua orang itu hidup di balik topeng?

Semua, tanpa terkecuali. Nggak lo, nggak gue, tapi semua. Tanpa terkecuali.

Gue nggak bilang bahwa gue nggak percaya sama yg namanya kejujuran. Memang ada beberapa orang tertentu dimana kita bisa ngelepas topeng itu dan jadi diri kita sendiri sepenuhnya. Tapi serius, just admit it. Whether you like it or not, kita sudah berpura-pura sedikit banyak kepada sebagian besar orang.
Disini gue ga akan berpura-pura jadi sok suci dan mengaku bersih. Tulisan ini bukan tentang bagaimana gue udah merasa ditipu oleh kepalsuan orang, tapi juga tentang bagaimana kepalsuan itu--topeng itu--ada pada diri setiap orang. Termasuk gue.

Bukannya gue menganjurkan untuk menjadi fake. Gue pun bukannya memakai topeng buat menutupi keburukan-keburukan gue. Nggak. Tapi terkadang lo senyum ke seseorang dan pura-pura bahwa everything is fine, dan ini nggak cuma tentang faking a smile to hide how hurt you actually are. It's also about how you fake a smile to hide a bad relationship that was kept beneath the veil, how you "fake" a diss to hide the truth that was actually so fully contained in the sentences you're speaking. Dan terkadang, lo melakukan itu demi menjaga perdamaian.

Sebagian temen-temen gue nggak bakalan setuju soal "berpura-pura demi kedamaian" atau lebih singkatnya "berbohong demi kebaikan". Tapi kita harus mengakui bahwa itu adalah bagian dari hidup kita. Terkadang lo udah terlalu sreg dengan suatu keadaan, itu udah menjadi zona nyaman lo, dan untuk me-reveal kenyataan dibalik kepura-puraan, bisa jadi itu akan merubah segalanya, dan itu berarti lo akan kehilangan zona nyaman lo, bahwa lo harus beradaptasi sekali lagi, mulai dari awal lagi, jujur seperti dulu lagi dan akhirnya berpura-pura seperti sekarang lagi.

Untuk mengakui bahwa gue juga adalah orang yang pada saat-saat tertentu akan memakai topeng, itu nggak membuat gue merasa hina. Kenapa? Karena kalo gue hina, gue sama hinanya sama semua orang. Jadi apa bedanya?

Gue berpura-pura bukan untuk menipu. Bukan untuk bohong. Gue mau bersikap jujur, sumpah. Tapi terkadang, ada situasi-situasi di mana kita mau nggak mau melakukan itu lagi. Ada relationships yg ga pantas buat diperseterukan, yg lu nggak masalah kalo hancur, tapi lo nggak mungkin bilang gitu ke pihak satunya kan. Jadi lagi lagi lo diam dan saling berpura-pura, satu sama lain, tapi saling sadar bahwa itu semua palsu dan saling menjauh dengan sendirinya.

Dan ketika pihak satunya udah nggak bisa diajak kerja sama untuk berpura-pura lagi, gue ga akan buang-buang tenaga untuk senyum.

Mungkin lo bakal mikir "ternyata dunia ini busuk ya." Tapi ya memang begitulah dunia. Dari dulu seperti itu dan akan selalu seperti itu.

Welcome to Real Life.

No comments:

Post a Comment